The first thing that came up on my mind when i heard Inferno is made into a movie, i promised myself to read the book first before watching the movie. But too bad, i did feel bad that i couldnt help myself to not watch it. It’s Tom Hanks, everyone! Profesor Langdon, tokoh...
Hai, apa kabar? Beberapa hari belum sempat nulis (lagi), hehehe (Psst! Alasannya masih sama seperti yang kemarin). But first, have a very merry Christmas buat kalian yang merayakan ya. Natal dan Tahun Baru, dua momen besar yang pastinya sayang buat disia-siakan. Bahkan bagi teman-teman yang nggak merayakan Natal, tetap saja libur Natal kita...
Beberapa hari nggak nge-post rasanya ada yang kurang. Oke, setelah review sebelumnya tentang film-film yang merely fiksi. Sekarang saya ingin mengulas tentang film bergenre drama biografi.
'Genius' adalah sebuah judul dari film yang pertama kali rilis pada 16 Februari 2016, di Berlin, Jerman. Sementara di Amerika Serikat, film ini baru dirilis Juni kemarin, tepatnya pada tanggal 10.
Disutradarai Michael Grandage, Genius diadaptasi dari buku biografi berjudul Max Perkins: Editor of Genius karya A. Scott Berg, dengan penulis skenario John Logan, penulis skenario yang sama untuk film box office Skyfall, Hugo, dll.
Saat menonton film ini, selama 104 menit penonton akan dibawa terhanyut dalam drama hidup penulis-penulis besar seperti F. Scott Fitzgerald, The Great Gatsby adalah salah satu karyanya. Dan, Thomas Wolfe, penulis buku Look Homeward, Angel, yang memulai karirnya sebagai penulis.
Dari semua kisah dan drama yang ditampilkan tersebut, ada seorang editor, Maxwell Perkins, yang menjadi pusat cerita di film ini. Max, bukan hanya sekadar editor, dari tangan dingin seorang Max, lahir penulis-penulis besar, seperti yang sudah disebutkan tadi, termasuk Ernest Hemingway.
Selain kisah seorang Maxwell 'menangani' para penulis-penulis besar ini, dia juga dihadapkan dengan kisah pertemanannya dengan Thomas Wolfe, penulis baru yang karya-karya sedang mulai dikenal.
Untuk saya, film ini bagus, drama-drama yang dihadirkan tidak klise. Serta, alur ceritanya pun tidak muluk-muluk, sederhana dan mudah dimengerti.
Bagi penggemar novel-novel klasik, nama-nama tadi pasti sudah tidak asing lagi, dan mereka yang suka menulis, film ini sangat layak untuk ditonton. Karena, dalam film ini, kita juga dapat melihat bagaimana proses editing sebuah buku sebelum dilempar ke pasaran. Bagaimana kata demi kata yang dikarang penulis harus direvisi, diganti atau bahkan dihapus.
"That's what we editors lose sleep over, you know. Are you really making books better or just making them different?" - Max Perkins.
Sekitar Minggu lalu, karena kerjaan sedang tidak begitu menumpuk, akhirnya memutuskan untuk marathon nonton film. Niatnya semalam langsung nonton dua film, tapi tetap saja akhirnya hanya semalam satu film. Karena pulang kerja sekitar pukul 7, mandi + dandan sekitar 1 jam, nonton ngambil yang jam 9 lewat. Dan dilanjutkan malam berikutnya untuk menonton...
Udah lama banget pengen nulis review soal film, buku atau musik. Tapi belum sempet, atau ga disempet-sempetin sih tepatnya. Jadi, ini review pertama di blog ini. Semoga bermanfaat. Fantastic Beasts and Where to Find Them adalah film yang diadaptasi dari buku J.K. Rowling dengan judul yang sama. Bagi pecinta Harry Potter, film ini bisa...