RINDU
Aku rindu belaian alam.
Ketika angin berhembus, membawa rintik hujan menembus pualam.
Aku rindu belaian senja,
ketika sang surya beranjak meninggi ke angkasa.
Mengular si sinar melilit si tubuh yang terbalut embun, dingin,
menyiksa.
Aku merindu belaian dunia.
Saat raut muka menyiratkan makna, menyimpan rasa, tanpa lara.
Aku merana, merindu damai, saat raga bernaung suka, berselimut asa
tanpa duka.
Lunglai, jiwaku seperti ranting ranting tanpa nyawa jatuh tak
berirama, tak bersuara, apalagi bernada.
Si daun mengikuti, berselancar berpasrah pada udara membawa raga
entah kemana.
Tertinggal aku pada dedaunan,
tergeletak tak berdaya,
tersapu air mata, tertutup luka , terkubur, tak bersisa.
Rindu rinduku menjadi sebuah kerinduan yang merindu hadirnya si
air penyejuk kalbu, penggubah lagu, pengurai sayu, pemakna rindu.
Merindu, oh merindu,
jiwaku merindu si jagat yang menjaga jasadku mengarungi semesta
raya,
samudra keabadian,
langit keindahan,
jalan pencerahan,
melewati batas kefanaan,
melampaui hal hal abstrak duniawi yang enggan menyatu dengan
kebahagiaan.
Rinduku makin menggebu, meronta ronta, melompat lompat merangkak
merayap rayap menjamahi setiap jengkal urat urat nadiku,
mengikuti detak jantungku,
sesekali mempercepat langkah kakiku.
Oh rindu…
merindu aku rindu,
dunia,
cinta,
asa,
fana,
lalu berganti kelam, dalam, dalam, dalam bersembunyi di kedalaman
malam.
Lalu beserta malam,
pada terang yang enggan menampakan diri,
hanya menyibukkan diri dalam gelap,
aku sampaikan pada Kau Si Pemilik alam,
yang merajai malam,
Penguasa yang Kalam,
aku merindu..rindu sungguh merindu,
aku rindu belaian surga, kecupan semesta, pelukanMu Sang Kuasa.
0 comments