Sumber: Complex.com
1961 (masih) merupakan tahun kelabu bagi orang-orang berkulit
hitam di Amerika Serikat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk
menghilangkan diskriminasi ras, antara kulit putih dan kulit hitam. Tetapi
kenyataan yang ada, usaha mereka untuk menyamakan “derajat” kedua kaum ini
justru malah membuat jurang pemisah semakin lebar. Beruntungnya, masih ada
orang-orang yang benar-benar terbuka mata dan hatinya, ikut memperjuangkan akan
pentingnya persamaan hak (juga kewajiban) di antara semua golongan.
Inilah yang berusaha diangkat sutradara Theodore Melfi
dalam film arahannya berjudul “Hidden Figures” atau dalam Bahasa Indonesia bisa
diartikan menjadi “Sosok-sosok Tersembunyi”. Sosok tersembunyi ini mengacu pada
orang-orang kulit hitam, keturunan Afrika-Amerika yang memiliki jasa besar
untuk proyek luar angkasa NASA. Diproduseri oleh Donna Gigliotti, Peter
Chernin, Jenno Topping, Pharrell Williams dan Theodore Melfi di bawah naungan 20th
Century Fox, Hidden Figures menuai banyak kritik positif dari kritikus film
dunia.
Diadaptasi dari buku non fiksi/autobiografi karangan Margot
Lee Shetterly, cerita Hidden Figures berpusat pada tiga orang matematikawan
(Shall I call ‘em Matematikawati? :grinning) yaitu Katherine Johnson, Dorothy
Vaughan and Mary Jackson yang menjadi komputer (penghitung) manusia.
Penghitungan yang mereka lakukan tersebut digunakan dalam berbagai operasi NASA
ke luar angkasa. Ketiga tokoh utama tersebut dimainkan oleh aktris Taraji P.
Henson, Octavia Spencer dan Janelle Monáe. Ada pula aktris dan aktor berbakat
lainnya seperti Kevin Costner, Kirsten Dunst, Jim Parsons dan aktor yang
baru-baru ini meraih Piala Golden Globe sebagai Aktor Pendukung Terbaik, Mahershala
Ali.
Review Hidden Figures: Inspiratif dan Membuka Mata
Bagi saya, film ini tidak hanya soal persamaan ras
tetapi juga gender. Bahwa, laki-laki dan wanita memiliki hak yang sama untuk
berkarya, untuk maju, untuk menggapai impian. Film yang tayang di Indonesia 10
Maret lalu ini juga tentang perjuangan akan keberhasilan yang bisa diraih
melalui pengorbanan dan proses panjang. “It’s nothing you can’t handle,
Katherine,” begitu kata sang ibunda kepada Katherine Johnson saat mendapati
dirinya bimbang akan pekerjaan baru penuh tantangan di kantornya, NASA. And
God, this movie is so inspiring!
Tidak hanya itu, ada bagian lain yang tidak hanya
menyentuh melainkan juga merasuk dan ingin rasanya selalu saya ingat-ingat
sebagai motivasi. Bagian saat Mary Jackson menuntut persamaan hak bagi dirinya
sebagai orang kulit hitam, agar bisa melanjutkan pendidikan untuk menjadi
seorang insinyur di Hampton High School, di mana selama ini universitas
tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang kulit putih. Begini kutipannya:
“Your Honor, you of all people should understand of being first. You were the first in your family to serve the Armed Forces, U.S. Navy. The first to attend university, George Mason. And the first state judge to be recommissioned by three consecutive governors. The point is, Your Honor, no Negro woman in the state of Virginia has ever attended an all-white high school. And before Alan Shepard sat on top of a rocket, no other American has ever touched space. And now he will forever be remembered as the U.S. Navy man from New Hempshire, the first to touch the stars. And I, sir.. I plan on being engineer at NASA, but I can’t do that without taking them classes at that all-white high school. And I can’t change the color of my skin. So, I have no choice but to be the first which I can’t do without you, sir.
Your Honor, out of all the cases you are gonna hear today, which one is gonna matter 100 years from now? Which one is gonna make you the first?”
Ya, sepanjang itu kutipannya. But, that’s worth the
length. Bagian tersebut menunjukan bagaimana kegigihan, komitmen dan keinginan
besar seorang wanita yang sekaligus berkulit hitam untuk mendobrak kemustahilan.
Awalnya, alasan saya tertarik dengan Hidden Figures
sebatas karena Jim Parsons yang adalah salah satu aktor favorit saya ikut
bermain di film ini (FYI, saya suka perannya di series The Big Bang Theory). Secondly,
it’s about science which has always been my thing. So yeah, akhirnya saya
menonton film yang seluruh pemainnya diganjar penghargaan Screen Actors Guild
(SAG) Awards ini. And now, I’d like to recommend this movie to all of you
seeking for enlightment to achieve the better of your life.
Selain SAG Awards, Hidden Figures juga ikut bersaing
dengan Moonlight, La La Land, dan Manchester by The Sea memperebutkan gelar Film
Terbaik di Piala Oscar 2017. Dan bagi saya, so
far Hidden Figures adalah film terbaik tahun ini.
(9,5/10)
Sinopsis Hidden Figures
Di perjalanan menuju tempat kerja, NASA, tiga wanita
bersahabat ini mengalami masalah dengan kendaraannya. Seorang polisi berkulit putih
pun menghampiri. Alih-alih membantu, polisi tersebut justru terperangah melihat
keterampilan dan kepandaian Katherine Johnson, Dorothy Vaughan dan Mary Jackson.
Terlebih saat mengetahui ketiganya bekerja di NASA. Dengan bangga, si polisi
tersebut pun mengawal ketiganya menuju kantor mereka di NASA.
“Three Nego women are chasing a white police officer down the highway in Hampton, Virginia, 1961. Ladies, that there iss a God-ordained mircle!”
Begitu seru Mary Jackson saking bahagianya. Keadaan
langka, bahkan cenderung tidak pernah ada dialami ketiganya.
Di tempat kerja, ras menjadi penghalang ketiganya
untuk meraih karir yang lebih tinggi. Meskipun kemampuan mereka di atas
rata-rata, kecerdasan mereka lebih luar biasa. Semua itu tidak memiliki arti
karena warna kulit mereka. Tidak tinggal diam, mereka terus berusaha menghilangkan
diskriminasi tersebut. Mereka terus berjuang membuktikan bahwa mereka mampu. Hingga
akhirnya, mereka dipercaya untuk terlibat dalam pengiriman manusia pertama ke
bulan. Sanggupkah mereka membuktikan jika mereka BISA?