Review Film Manchester by The Sea: Pria Pun Bisa Rapuh
Sumber: Huffingtonpost
Hidup terkadang tak
memihak. Kebahagiaan kadang menghilang. Bahkan mereka yang selalu menemani dapat
pergi menjauh. Lee Chandler, pria kesepian yang dipenuhi rasa sakit hati dan
kesedihan yang mendalam. Memilih melarikan diri dari kenyataan. Hidup seorang
diri dan berprofesi sebagai tukang sampah. Terkadang merangkap menjadi teknisi,
tukang reparasi atau apapun yang dibutuhkan. Suburban Boston menjadi pilihannya
menjauh dari masa lalu yang menyakitkan.
Suatu hari, Lee menerima sebuah
panggilan. Joe Chandler, sang kakak tercinta tutup usia. Mengalah dari sakit
jantung yang selama ini dideritanya. Lee terpaksa kembali ke kota kelahirnya,
kota dimana dia menyembunyikan masa lalunya yakni Manchester, Massachusetts.
Joe, dalam surat
wasiatnya, menginginkan Lee menjadi orangtua asuh putra semata-wayangnya, Patrick.
Kepercayaan Joe tak serta merta diterima. Lee bimbang dan tak percaya diri bisa
menjaga kepercayaan kakaknya. Kelalaian yang pernah dia perbuat dan trauma masa
lalunya belum hilang. Haruskah dia menjadi ayah angkat bagi Patrick,
memperbaiki kesalahan yang pernah dia buat? Atau, mengalihkan kepercayaan orang
yang dia hormati dan sangat dia kasihi kepada orang lain yang lebih mampu, yang
tidak akan berbuat lalai sepertinya?
Harapan dan Kesempatan Kedua
Sumber: Fandango
Patrick seperti
kesempatan kedua bagi Lee untuk memperbaiki diri. Mencari penghidupan yang
lebih baik. Memiliki pengharapan kembali. Meskipun penuh kebimbangan dan
beberapa kembali mempertimbangkan, akhirnya George – orang dekat keluarga
Chandler, dia percaya sebagai penggantinya.
Cerita dalam Manchester
by The Sea karya Kenneth Lonergan sangat menyentuh. Kepahitan, kesedihan,
kesepian dan kemarahan Lee Chandler yang menjadi pusat cerita diperankan dengan
baik oleh Casey Affleck. Casey berhasil menggambarkan emosi dan perasaan
tersebut dengan begitu hidup.
Menurut saya, ada dua
momen yang paling menyentuh dalam film ini. Dua momen ini pun membuat saya
sempat menitikan air mata. Pertama, saat ambulans pergi dengan jasad
orang-orang terkasih Lee. Dalam momen tersebut, terlihat bagaimana rasa sakit, sedih,
marah dan kecewa bercampur dalam diri Lee. Saya sebagai penonton serasa bisa
merasakan apa yang dia rasakan.
Kedua, ketika Randi, sang
mantan istri memohon maaf kepada Lee. Randi mengungkapan perasaan yang masih dia
simpan untuk Lee, walau kini dia sudah kembali bersuami. Randi masih mencintai
Lee. Pada saat tersebut, ada rasa sakit dan perih, bercampur dengan perasaan
sayang dan cinta yang kini tidak mungkin diraih. Masa lalu yang berusaha
dikubur Lee kembali muncul kepermukaan seperti tak bisa dia tahan. Sampai akhirnya
keduanya menangis, dan Lee memutuskan untuk pergi.
Dengan kombinasi cerita dan akting yang memukau, tidak heran jika
Manchester by The Sea akhirnya mendapat banyak penghargaan. Salah satunya pada
perhelatan bergengsi Academy Awards 2017 yang digelar beberapa waktu lalu. Diantaranya,
Casey Affleck sebagai Aktor Terbaik Oscar dan Penulis Skenario Terbaik kepada Lonergan.
Well deserved!
1 comments
saya jadi penasaran pengen nonton filmnya
ReplyDelete