Poetry

by - 00:33


Translation for Poetry  UNIT 3
POEM (i)
(i)            Saat ketakutan melanda dan merasa ingin berhenti
Sebelum penaku menuliskan kata-kata dari otakku, yang tak berarti
Sebelum tumpukan buku-buku itu meninggi
Layaknya menggenggam bulir-bulir padi yang makin menguning

5      ketika aku melihat, nampak langit berselimut bintang
Awan mendung bak sebuah simbol dari sebuah kebahagiaan
Terpikir olehku mungkin aku tak akan pernah menapakan jejakku
Bayang-bayang mereka, dengan tangan-tangan ajaib, memberi kesempatan
Dan saat aku merasakannya, makhluk indah(malaikat) itu selama beberapa saat

10   Sehingga harusnya aku tidak pernah melihatnya lagi
Sebuah daya yang tak pernah bisa aku nikmati
Bukan penggambaran cinta, bukan di tepi pantai
Aku berdiri, sendiri, di tengah hamparan dunia, dan berpikir
Hingga cinta dan kemasyhuran tenggelam dalam ketiadaan

POEM (ii)
ii    Tidak, aku tidak akan, membusuk dalam kenyamanan, keputusasaan, tidak juga dalam kesenangan
Tak terurai, semakin merenggang, setiap helai dari jiwa manusia
Begitu juga dalam diriku, semakin letih, aku tidak bisa berteriak lagi..tidak bisa
Andai dapat berharap, ketika saatnya tiba, bukan yang tidak diinginkan yang didapat
5 tapiii…tapiiii kau sangat tidak menyenangkan, mengapa kau tak menghargaiku
Duniamu yang tak menyenagkan tepat ditelapak kakimu? Terlentang lengan-lengan kuat melawanku?
Pengamatan
Dengan kegelapan yang sunyi menutupi mata serta melukaiku? Dan angin yang berhembus
Berubah menjadi badai, aku menjadi kacau; aku terlalu bimbang untuk menjauh dan lari darimu?
Mengapa? Lapisan selubung tertipis itu mungkin terlepas, bulir-bulir kehidupan itu terbentang, terlalu tipis  dan jelas
10    pertentangan dalam setiap kerja keras, menjadi kerugian
Lihatlah kedalam hatiku! Lenyap dayaku, hilang juga kebahagiaan, dan aku hanya ingin menampilkan keceriaan
Lagipula kebahagiaan siapa? Sang malaikat penjaga surga, aku terhempas, menapakan kakiku
Aku? Apakah memang aku yang menentangnya? Atau yang MANA? Apakah salah satu saja? Malam di tahun itu.
Dalam kegelapan yang menjelma aku berubah menjadi orang malang, terbaring mengalah..oh Tuhan..

POEM (iii)
iii    kutemukan tak ada kedamaian dan segala yang berkecamuk dalam diriku berakhir
aku takut dan memohon, membakarku lalu membekukanku menjadi es
aku terbang, namun tak mampu meninggi
kelemahanku, serta dunia yang ku coba raih
5      perasaan kehilangan dan ketidakberdayaan menahanku bak bui
Menahanku hingga aku tak bisa lari, bagaimanapun aku berusaha
tak mau melepaskan ku hidup ataupun mati,
bahkan kematianpun tak mampu melepaskanku dari penderitaan ini
mataku menjadi buta, bahkan lidahku menjadi kelu
10    berharap kematian datang, karena kesehatan fisik tak lagi berguna
Aku menyayangi semua, namun aku membenci diriku
Ku masukan diriku dalam kedukaan dan merana dalam kepedihan
Bagiku tak ada lagi yang menyenangkan, baik hidup ataupun mati
Dan kesenanganku adalah penyebab dari semua pertentangan yang ada




You May Also Like

0 comments